Follow us on social

Catatan Kuratorial

Sebelum satwa komodo pertama kali didokumentasikan oleh orang Eropa dan kemudian dikenal meluas pada tahun 1912 hingga kelak menjadi seperti sekarang ini, Labuan Bajo menunjukkan pula peristiwa lainnya di masa lampau sebagai wilayah pelabuhan. Paling tidak, tercatat telah ada sejak medio abad ke-18 atau mungkin lebih jauh lagi sebelum itu. Betapa ini turut berpartisipasi membentuk ciri kota yang terbuka dan memungkinkan berkembang selama lebih dari puluhan tahun.

Berkat spesies purba komodo, kota yang mungil ini secara bertahap ikut tersohor sebagai tujuan kunjungan wisata dunia. Namun sebagai bagian dari warisan ekosistem peradaban pesisir, Labuan Bajo tak hanya menunjukkan hilir-mudik (masa lalu dan masa kini) berupa pengalaman kenelayanan, migrasi, permukiman dan pasar tepi laut, perdagangan atau bongkar-muat barang dan penumpang, intensitas layanan wisata, tetapi juga menjadi kawasan penghubung di luar dan di dalam Pulau Flores—antara kepulauan, pesisir dan pedalaman.

Situasi ini hendak membawa Videoge—sebagai komunitas warga muda—untuk menelusuri pengalaman hilir-mudik itu menjadi bagian penting demi meletakkan inspirasi dalam praktik kreatif melalui festival yang bertumpu pada konteks tempatan, baik itu pengalaman spasial, sosial, budaya, agama, politik, maupun ekonominya. Atau apapun yang disebut sebagai pengetahuan warganya.

Sebagai tajuk utama Pesta Kampung 2025, Hilir Mudik sengaja disoroti sekali lagi sebagai ragam cara mengenali dan memandang pertumbuhan kampung halaman akhir-akhir ini. Namun masa lalu perlu juga diperiksa atau dengan maksud, penting terekam dan dibaca sebagai ‘kecenderungan’ sekaligus memungkinkan untuk menambah khazanah kita menavigasi masa yang akan datang. Sebagaimana upaya yang dibuktikan setiap orang bahwa untuk menjalani hidup yang lebih bermakna adalah banyak belajar dari pengalaman.

 

Aden Firman
Bawakolong Space, 22 Januari 2025

Pesta Kampung merupakan 'festival proses' yang digerakkan sepanjang tahun dari seri ke seri yang memuat studi pengetahuan warga dengan pendekatan kreatif dan tematik dalam pengembangan kesenian dan budaya disertai dengan praktik pendokumentasian dan pengarsipan setempat—atau pada umumnya disebut sebagai pengetahuan lokal dimulai dari Labuan Bajo.

Seri #1 | Januari sd. Februari 2025

Temu Rukun Tetangga dan Rukun Warga

Tahun ketiga Temu Rukun Tetangga dan Rukun Warga di tiga tempat: Labuan Bajo, Batu Cermin dan Warloka. Forum ini kian diletakkan sebagai ajang silaturahmi, saling mendengarkan, dan berdialog tentang topik-topik keseharian yang menyoroti modalitas yang ada di kampung halaman. Misalnya modal spasial, sosial, budaya hingga kedambaan atas pengembangan dan minat dalam ekonomi komunitas warga di tengah geliat kepariwisataan.

Selengkapnya baca: Apa Itu Temu Rukun Tetangga dan Rukun Warga?

 

View this post on Instagram

 

A post shared by Pesta Kampung (@pestakampung)

 

View this post on Instagram

 

A post shared by Pesta Kampung (@pestakampung)

 

View this post on Instagram

 

A post shared by Pesta Kampung (@pestakampung)

Inisiator
Videoge Arts and Society

Kolaborator
POKDARWIS Warloka Pesisir

Pemerintah Desa Warloka Pesisir
Pemerintah Desa Batu Cermin
RT 13 Kampung Air

Didukung oleh
Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia

Seri #2 | Februari sd. Juli 2025

Warga, Kampung dan Kisahnya

Pencatatan narasi kecil warga dan halaman kampung di banyak tempat tak banyak tersedia. Jika tak ada yang merekamnya, cara terbaiknya adalah dengan mengadakannya sendiri. Praktik swadaya informasi semacam itu berguna menopang gagasan dan praktik berkomunitas mengenali apa yang telah terjadi dan berkambang di sekitarnya.

Bikin buku Resep Tetangga: Kumpulan Resep Masakan Warga Pesisir Labuan Bajo (2023) dan purwarupa buku-album Sound of Manggarai (2024) merupakan salah dua produk pengetahuan yang dilesapkan dalam membangun pengalaman bersama dan  proses-proses kekaryaan di Pesta Kampung. Di tahun ketiga festival ini, komunitas Videoge Arts and Society sekali lagi menguji coba hal yang serupa sebagai praktik lanjutan melalui workshop, penelitian, penulisan, dan penerbitan buku bunga rampai.

Tak hanya pencatatan berupa buku, seri ini hendak membuka juga secara bersamaan kelas wacana dengan topik-topik spesifik dari sejumlah komunitas. Sesi workshop dan berbagi dari pengalaman berkomunitas, siasat menghadapi kenyataan-kenyataan produksi dan tempatan, hingga proses-proses kreatif demi menggerakkan festival sebagai perayaan-perayaan bermakna, intens, intim dan berkelanjutan.

Selengkapnya di Hilir Mudik Warga, Kampung dan Kisahnya

WORKSHOP & SHARING SESSION
TOPIK SPESIFIK
PEMANTIK                                                         
Penelitian dan Penulisan Cerita Warga Anwar Jimpe Rachman
Manajemen Festival Warga Berfestival Dengan Sedikit Penonton? Siapa Takut! Abdul Khafidz
Upaya Mencari Sebab serta Mencari Alasan Fauzan Al Ayyubi
Kampung, Kampus dan Kota: Pengalaman Praktik Kelola Komunitas di Rumah Saraung F Daus AR
Hajatan Kampung Sebagai Metode Fikril Akbar
Pengetahuan Falsafah Lama ’Tapa Ngeli’ Sebagai Katalisator Praktik Warga Muhammad Farid
Berkawan Warga Bersuka Ria: Dari Tanam Mangrove Hingga Sinema Sepekan Warga Syahrini Said
Manajemen Pengetahuan dan Pengarsipan Komunitas Fitriani A. Dalay

 

View this post on Instagram

 

A post shared by Pesta Kampung (@pestakampung)

 

View this post on Instagram

 

A post shared by Pesta Kampung (@pestakampung)

 

View this post on Instagram

 

A post shared by Pesta Kampung (@pestakampung)

 

View this post on Instagram

 

A post shared by Pesta Kampung (@pestakampung)

 

View this post on Instagram

 

A post shared by Pesta Kampung (@pestakampung)

 

View this post on Instagram

 

A post shared by Pesta Kampung (@pestakampung)

 

View this post on Instagram

 

A post shared by Pesta Kampung (@pestakampung)

Inisiator
Videoge Arts and Society

Kolaborator
Bumi Lestari
(Parepare, Sulawesi Selatan)
Borneo Art Play
(Palangka Raya, Kalimantan Tengah)
Kampung Budaya Pijiwetan (Kudus, Jawa Tengah)
Kolektif Stereo (Nabire, Papua Tengah)
Lembâna Artgroecosystem
(Sumenep, Madura)
Rumah Saraung (Pankep, Sulawesi Selatan)

Didukung oleh
Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia

Seri #3 | April sd. Junii 2025

Dunia Dalam Kampung

Sejak pertama kali Pesta Kampung dimunculkan, sejak itu pula ada kedambaan membawa festival ini dari seri ke seri sebagai perayaan sekaligus cara memenangkan kampung dan halamannya. Melingkupi aspek nonmaterial maupun materialnya. Kedua aspek itu sama pentingnya sebagai basis kebudayaan yang saling memengaruhi dan terhubung. Itu sudah termasuk hal-hal bermakna yang terpendam di dalamnya—tak sedikit juga pengetahuan di balik praktiknya itu masih menjadi misteri bahkan tak intens dibicarakan.

Demi menjunjung ide dan nilai-nilai yang bertumbuh pada apa yang kita sebut sebagai ‘kampung halaman’ itu, Pesta Kampung sekali lagi hendak membuka kemungkinan baru berupa praktik penelusuran, perekaman, hingga model-model pendistribusian pengetahuan tempatan itu sebagai upaya yang memungkinkan dapat dipelajari dan dikembangkan di masa kini. Sebagaimana rumah adat maupun pakaian adat, selain sebagai basis material kebudayaan, juga menyimpan pengetahuan nonmaterialnya berupa ide, nilai, norma kepercayaan hingga bahasa. Atau misalnya alat musik tradisional sebagai cerminan pengetahuan nilai-nilai yang diwariskan masa lampau, tetapi berguna sebagai repertoar maupun repositori yang berkembang bersama musisi yang berkarya.

Selengkapnya di Dunia Dalam Kampung dan Festival Sebagai Piala Bergilir

Seri #4 | Segera!

Bagaimana Mengalami Labuan Bajo?

Tim Orkestrator PESTA KAMPUNG 2025

_

Aden Firman

RISET & KURATORIAL

Baban Rabani

KEPRODUKSIAN

Musfika Syam

MANAJEMEN FINANSIAL & KEWIRAUSAHAAN

Ans Ikun

DOKUMENTASI & PENGARSIPAN

Berry Unggas

MANAJEMEN SENI PERTUNJUKAN

Yon Patung

TEKNIKAL & OPERASIONAL

Redra Ramadhan

PENGELOLAAN MUSIK & AUDIO

Memo Johar

TATA ARTISTIK

Saddam Husen

PANDU PERGAULAN

Abdul Masli

REKAN OBSERVER

Translate »
You don't have permission to register